Cross Site SCripting

Cross-Site Scripting (XSS) adalah salah satu jenis kerentanannya keamanan web yang memungkinkan penyerang untuk menyisipkan skrip berbahaya (biasanya dalam bentuk JavaScript) ke dalam halaman web yang tampaknya aman dan kemudian dijalankan oleh pengguna lain yang mengunjungi halaman tersebut. XSS memungkinkan penyerang untuk mengekspos data pribadi pengguna, mencuri sesi, atau bahkan mengubah tampilan dan perilaku situs web yang dikunjungi.

XSS bisa sangat berbahaya karena skrip berbahaya yang disisipkan dapat dieksekusi pada perangkat pengguna yang terinfeksi saat mereka mengunjungi halaman web yang terpengaruh.

Cara Kerja Cross-Site Scripting (XSS)

Pada dasarnya, XSS berfungsi dengan cara menyerang sisi klien (bukan sisi server). Ketika seorang penyerang berhasil menyisipkan skrip berbahaya ke dalam halaman web yang akan dilihat oleh pengguna lain, skrip tersebut dapat dieksekusi oleh browser korban, seolah-olah skrip tersebut adalah bagian dari halaman yang sah.

Berikut adalah langkah-langkah dasar cara kerja XSS:

  1. Penyerang menyisipkan skrip berbahaya ke dalam aplikasi web yang rentan. Skrip ini bisa disisipkan melalui formulir input pengguna, URL, atau bahkan bagian lain dari halaman yang dapat dipengaruhi oleh pengguna.
  2. Ketika pengguna lain mengunjungi halaman tersebut, skrip berbahaya dijalankan di browser mereka.
  3. Skrip berbahaya ini dapat melakukan berbagai hal, seperti mencuri data pribadi, mencuri cookie sesi, atau menampilkan konten palsu.

Jenis-jenis Cross-Site Scripting

Ada tiga jenis utama XSS, yaitu Reflected XSS, Stored XSS, dan DOM-based XSS.

1. Reflected XSS (Non-Persistent XSS)

  • Reflected XSS terjadi ketika skrip berbahaya langsung “dipantulkan” oleh server web sebagai respons terhadap permintaan HTTP yang dilakukan oleh pengguna. Skrip berbahaya biasanya dikirimkan melalui URL atau parameter form, dan server akan mencetak skrip tersebut tanpa memverifikasi atau menyaringnya.
  • Skrip ini langsung dieksekusi di browser pengguna setelah mereka mengklik tautan yang berisi skrip tersebut.

Contoh:

  • Penyerang mengirimkan URL yang mengandung skrip jahat ke korban. Ketika korban mengklik tautan tersebut, skrip berbahaya yang terkandung dalam URL akan dieksekusi pada browser mereka.

Ciri khas Reflected XSS:

  • Skrip langsung dieksekusi begitu pengguna mengklik atau mengunjungi URL yang berisi skrip berbahaya.

2. Stored XSS (Persistent XSS)

  • Stored XSS terjadi ketika skrip berbahaya disimpan secara permanen di server atau database, sehingga setiap pengguna yang mengunjungi halaman yang terpengaruh akan mengeksekusi skrip tersebut.
  • Serangan ini lebih berbahaya karena skrip jahat disimpan di server dan dapat dieksekusi tanpa interaksi langsung dari penyerang setelah disuntikkan.

Contoh:

  • Penyerang mengirimkan komentar berisi skrip berbahaya di sebuah forum atau blog. Ketika pengguna lain mengunjungi halaman yang menampilkan komentar tersebut, skrip akan dijalankan pada browser mereka.

Ciri khas Stored XSS:

  • Skrip berbahaya disimpan dan dijalankan di setiap kunjungan pengguna yang melihat halaman yang terpengaruh.

3. DOM-based XSS

  • DOM-based XSS terjadi ketika skrip berbahaya disisipkan dan dijalankan di sisi klien (browser pengguna), tanpa melibatkan server untuk merender atau “memantulkan” skrip tersebut.
  • Biasanya ini terjadi ketika aplikasi web tidak memvalidasi atau memfilter input pengguna yang dimasukkan ke dalam DOM (Document Object Model) dari halaman web.

Contoh:

  • Penyerang memanipulasi URL atau input form yang langsung mengubah DOM di browser. Misalnya, jika halaman web mengubah konten dinamis berdasarkan data URL tanpa sanitasi, penyerang dapat menyuntikkan skrip berbahaya yang kemudian dijalankan di browser pengguna.

Ciri khas DOM-based XSS:

  • Serangan terjadi pada sisi klien (browser) tanpa keterlibatan server dalam menjalankan skrip berbahaya.

Dampak dari Cross-Site Scripting

XSS bisa memiliki berbagai dampak buruk yang serius bagi pengguna dan pemilik situs web, antara lain:

  1. Pencurian Data Pribadi: Penyerang bisa menggunakan XSS untuk mencuri data pribadi pengguna, seperti informasi login, nomor kartu kredit, atau detail akun lainnya.
  2. Pengambilalihan Sesi: Jika penyerang dapat mencuri cookie sesi pengguna melalui skrip berbahaya, mereka bisa mendapatkan akses ke akun pengguna yang sedang login. Hal ini memungkinkan penyerang untuk mengendalikan akun korban tanpa izin.
  3. Penyebaran Malware: XSS dapat digunakan untuk menyebarkan malware ke pengguna yang terinfeksi. Skrip berbahaya dapat mengarahkan korban ke situs yang mengandung malware atau mengunduh perangkat lunak berbahaya ke komputer korban.
  4. Pengubah Tampilan Situs Web: Penyerang bisa menggunakan XSS untuk mengubah tampilan situs web atau menyisipkan iklan berbahaya yang merusak reputasi situs atau mencuri informasi sensitif dari pengunjung.
  5. Penipuan Phishing: Dengan XSS, penyerang bisa menampilkan formulir palsu yang menyerupai halaman login asli dan meminta pengguna untuk memasukkan kredensial mereka. Data yang dimasukkan kemudian dikirim ke penyerang.

Cara Mencegah Cross-Site Scripting

Untuk mencegah XSS, ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh pengembang dan pemilik situs web:

  1. Validasi dan Sanitasi Input Pengguna:
    • Selalu validasi dan sanitasi input pengguna sebelum menampilkannya kembali ke halaman web. Ini melibatkan pengecekan apakah input pengguna mengandung karakter atau skrip berbahaya dan menghapusnya.
  2. Penggunaan Header HTTP yang Tepat:
    • Gunakan header Content-Security-Policy (CSP) untuk membatasi sumber daya yang dapat dimuat oleh halaman dan melindungi dari skrip berbahaya.
  3. Escaping Data:
    • Saat menampilkan data pengguna di halaman web, gunakan teknik escaping untuk memastikan bahwa karakter spesial seperti <, >, dan & tidak diperlakukan sebagai HTML atau JavaScript, melainkan sebagai teks biasa.
  4. Menggunakan Library dan Framework yang Aman:
    • Gunakan framework atau library yang sudah mengimplementasikan perlindungan terhadap XSS secara default. Misalnya, banyak framework modern seperti React, Angular, dan Vue secara otomatis melakukan escaping terhadap data yang dimasukkan pengguna.
  5. Mengaktifkan Penyaringan Input di Server:
    • Server web dan aplikasi harus memeriksa dan menyaring input yang diterima dari pengguna, terutama pada data yang akan dimasukkan ke dalam HTML atau JavaScript.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Comments on “Cross Site SCripting”

Leave a Reply

Gravatar